Pengenalan Wahyu


NAMA : NURLYANA AQILAH BINTI BUKHARI
NO MATRIK : 4249

Pengenalan Wahyu
Dari segi Bahasa


Wahyu dari segi bahasa terbahagi kepada 5:

1)Merupakan ilham semulajadi bagi seorang manusia sebagaimana yang dialami oleh ibu Nabi Musa a.s yang disebut oleh Allah dalam firmannya:


"Kami wahyukan (ilhamkan) kepada ibu musa, kau susukanlah dia (Musa)……"

(Surah al-Qasas 7)


2)Wahyu ialah berupa satu perasaan naluri bagi binatang sebagaimana Allah sebutkan didalam firmannya kepada lebah:


"Dan Tuhanmu memberikan ilham kepada “sang Lebah” hendaklah engkau membuat sarangmu pada gunung-ganang, pokok-pokok kayu dan pada banggunan-banggunan yang didirikan oleh manusia”
 
(surah an-Nahl 68)


3)Wahyu juga pernah disebut sebagai satu isyarat pantas dengan cara yang amat simbolik kepada seseorang sepertimana yang Allah ceritakan tentang Nabi Zakaria dalam firman-Nya:


"Maka Dia pun keluar mendapatkan kaumnya dari Mihrab (tempat sembahyangnya), lalu ia memberi isyarat kepada mereka: "Hendaklah kamu bertasbih (mengerjakan Ibadat kepada Allah pagi dan petang."
(surah Maryam 11)


4)Di ketika yang lain adakalanya wahyu dari segi bahasa member makna godaan atau was-was syaitan sebagaimana Allah berfirman:


"Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh dari syaitan-syaitan manusia dan jin, setengahnya membisikkan kepada setengahnya Yang lain kata-kata dusta Yang indah-indah susunannya untuk memperdaya pendengarnya. dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah mereka tidak melakukannya. oleh itu, biarkanlah mereka dan apa Yang mereka ada-adakan (dari perbuatan Yang kufur dan dusta) itu"

(surah al-An’am 112)


5)Selain dari itu, wahyu juga ada membawa makna perintah dari Allah kepada malaikat-Nya sebagaimana firman-Nya:


"(ingatlah) ketika Tuhanmu wahyukan kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku menyertai kamu (memberi pertolongan), maka Tetapkanlah (hati) orang-orang Yang beriman. Aku akan mengisi hati orang-orang Yang kafir Dengan perasaan gerun; oleh itu, pancunglah leher mereka (musuh) dan potonglah tiap-tiap anggota mereka"

(surah al-Anfal 12)

Wahyu dari segi istilah:

1)  Pemberitahuan Allah kepada orang yang suci bersih lagi terpilih dari kalangan hamba-Nya.

2)  Wahyu juga datang secara mimpi yang benar dan pasti berlaku, sebagaimana terbitnya fajar di waktu subuh.


Cara Malaikat Menerima Wahyu Dari Allah


Kemungkinan berlakunya dialog di antara Allah dengan Malaikat adalah amat jelas  seperti firman Allah s.w.t:


"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu Dengan berkata): "Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang Yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami sentiasa bertasbih Dengan memujiMu dan mensucikanMu?". Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa Yang kamu tidak mengetahuinya".                                                                                              (Surah Baqarah 30)




      Maksud Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi 


1) Hadis Qudsi

Secara Bahasa:

  Kata qudsi adalah nisbah dari kata quds


 Hadis Qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, namun jenis firman Allah SWT yang tidak termasuk Al-Quran. Hadis Qudsi tetap sebuah hadis, hanya Nabi Muhammad SAW menyandarkan hadis Qudsi kepada Allah SWT. Maksudnya, perkataan Allah SWT itu diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan redaksi dari diri beliau sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi, maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan:


Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan:

Rasulullah SAW mengatakan: "Allah Ta`ala telah berfirman atau berfirman Allah Ta`ala.`


Contoh hadits qudsi antara lain:

Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah SAW yang meriwayatkan dari Allah azza wajalla: Tangan Allah penuh, tidak dikurangi lantaran memberi nafkah, baik di waktu siang mahupun malam.

Hadis Nabawi

Sedangkan hadits Nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.


 1- Perkataan

Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada niatnya.


2- Perbuatan

Baginda mengajar para sahabat menunaikan solat dan mengerjakan haji

*solatlah seperti kamu melihat aku melakukan solat

*ambillah dariku manasik hajimu


3- Persetujuan

Baginda menyetujui suatu perkara yang dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan atau pun perbuatan, baik dilakukan di hadapan beliau atau tidak, tetapi beritanya sampai kepadanya.

Misalnya mengenai makanan biawak yang dihidangkan kepadanya, di mana baginda dalam sebuah riwayat mendiamkannya yang bererti menunjukkan bahwa daging biawak itu tidak haram dimakan.


Hadis Nabawi
Hadis Qudsi
Hadis nabawi itu ada dua perkara, iaitu:

a. TAUQIFI

Yang bersifat tauqifi yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah SAW dari wahyu, lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini, meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.

b. TAUFIQI

Yang bersifat taufiqi yaitu: yang disimpulkan oleh Rasulullah SAW menurut pemahamannya terhadap Quran, kerana ia mempunyai tugas menjelaskan Quran atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Kesimpulan yang bersifat ijtihad ini, diperkuat oleh wahyu jika ia benar, dan jika terdapat kesalahan didalamnya, maka turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.
Hadis qudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah SAW melalui salah satu cara penurunan wahyu, sedang lafaznya dari Rasulullah SAW, inilah pendapat yang kuat. Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah SWT adalah nisbah mengenai isinya, bukan nisbah mengenai lafadznya. Sebab seandainya hadis qudsi itu lafaznya juga dari Allah, maka tidak ada lagi perbezaan antara hadis qudsi dengan Al-Quran. Dan tentu pula gaya bahasanya menuntut untuk dilihat, serta membacanya pun diangggap ibadah.

 
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses